- Back to Home »
- EXO , FanFiction , HunHan , osh , xlh »
- [FF] Once and For Real // HunHan
Posted by : Oh Sehun
Saturday, April 26
Cast : Oh Sehun, Xi Luhan
Genre : Fluff
Length : Oneshoot
SUMMARY : “jika ini adalah akhir maka aku takkan
pernah menyesalinya”
Note : I just thought about this in my
mind… There are athings that we don’t want to happen, but have to accept.
Things we don’t want to know, but have to learn. And people we can’t live
without but have to let go. When I wrote something, I ask to myself, why
I’ve to do this, and I found the answer. “I imagined something what
I wanna do, but I can’t hahahha”
*****
Sehun
berusia 19 tahun ketika ia menginjakkan kaki di Beijing, China untuk pertama
kalinya. Menekuni hobi sekaligus pekerjaannya sebagai photograph muda yang
berbakat.
Biasanya
Sehun hanya akan memotret beberapa objek di pulau jeju atau di tempat-tempat
lain yang ada di Korea.
Namun
kali ini, Ia di tuntut untuk mengambil objek dengan tema kebudayaan dan ia akan
menyelesaikan tugas itu di Beijing.
Sehun
sampai di Beijing ketika matahari sore mulai melingkupi negara itu. Hiruk pikuk
masih sangat terasa ketika Sehun menyetop semua taxi yang akan membawanya ke
hotel tempat ia akan menginap beberapa hari selama berada di Beijing.
Hotel
yang menjadi penginapannya berada tak jauh dari sebuah taman dan entah mengapa
ia menyuruh sopir taxi itu untuk berhenti disana. Setelah membayar ongkos taxi
itu Sehun pun melangkahkan kaki memasuki taman bermain tersebut.
Ada
beberapa anak kecil yang berusia 4 tahun ke atas, menaiki berbagai wahana yang
ada disana. Sehun mengarahkan kamera pada beberapa objek yang ia anggap
menarik.
Klik
Suara
pelan dari kamera milik Sehun terdengar setiap kali ia berhasil membidik objek
dari kameranya.
Setelah
ia rasa puas, Sehun melangkahkan kakinya keluar dari sana dan kembali
melanjutkan langkah menuju hotel.
***
Sehun
telah bersiap untuk berangkat ke beberapa tempat yang menjadi reverensinya
dalam menyelesaikan tugasnya kali ini. Seperti kemarin Sehun pun masih
menyempatkan diri untuk membidikkan kameranya pada beberapa objek di taman itu.
Hingga
lensa kameranya menemukan sesuatu yang begitu dekat, dan Sehun menurunkan
kameranya.
Seseorang
memang berdiri di depannya dalam jarak kurang dari satu meter. Seorang
laki-laki berkacak pinggang dan Sehun menyergitkan keningnya bingung.
"Jadi orang
asing bisakah kau berhenti mengambil foto orang lain tanpa izin. Kau tau
itu tidak sopan?"
Sehun
semakin bertambah bingung. Orang asing yang berkacak pinggang di
depannya mengoceh dalam bahasa mandarin. Sehun tau apa yang dikatakan laki-laki
yang berdiri depannya ini, Sehun bisa mengerti mandarin. Yang hanya ia
bingungkan, apa maksudnya laki-laki ini?
"Apa?"
Sehun menyahut dalam bahasa mandarin juga.
"Kau
mengambil foto orang lain, orang asing." Ia mengulangi pernyataannya
kembali.
"Aku
tidak mengambil fotomu." Sehun berkilah. Karena memang ia tak
melakukannya.
"Ohya?"
Laki-laki
itu menunjuk kamera milik Sehun. "Tapi kau melakukannya."
"Tidak."
"Ya."
Sehun
menghela nafas.
"Baiklah.
Ayo kita lihat. Apakah aku mengambil fotomu atau tidak."
Putusnya.
Laki-laki itu setuju. Ia memposisikan diri berdiri di samping Sehun dan
memperhatikan pekerjaan Sehun pada kamera miliknya. Sehun tersenyum ketika ia
tak menemukan satu foto laki-laki itupun, namun...
"Itu.
Itu aku!" laki-laki itu menunjuk layar kameranya.
Sehun
terhenyak. Ia men-zoom foto tersebut dan yeah itu memang laki-laki
yang tengah berdiri di sampingnya sekarang.
"bagaimana...bisa?"
Sehun bergumam dan ia memeriksa foto-foto yang lain. Dan memang ada laki-laki itu di setiap fotonya disana. Setiap objek yang di ambil memang tidak mengarah langsung pada kamera. Itu berarti Sehun mengambilnya tanpa sepengatahuan objek bidikannya.
Laki-laki
itu tersenyum puas. Kedua tangannya ia lipat di dada. "jadi apakah masih
ingin menyangkal orang asing?"
Sehun
tak berkata apapun.
Ini adalah sesuatu yang tidak ia sengaja lakukan. Mungkin ia tak sengaja mengambil foto laki-laki itu saat tengah memotret objek yang ada di taman kemarin.
"Baiklah.
Aku minta maaf." Ujar Sehun.
"Kau memang harus melakukannya.. Ok, permintaan di terima." Katanya masih dengan senyum kemenangan.
Sehun
mematikan kameranya dan menghadap laki-laki.
"Dan
kau harus menghapus semua fotoku, mengerti?"
"Eh?
Ku kira kau—"
"Kau
menjadikanku modelmu, bukan begitu? Setiap model akan di bayar—"
Sehun
tertawa. "Baiklah-baik. Jadi apa kau inginkan?"
Senyum
laki-laki itu pun merekah.
"Ice
cream! Jika kau traktir aku satu porsi ice cream yang besar, maka kau boleh
menyimpan semua fotoku."
"di
terima!"
***
"Omong-omong
siapa namamu?"
"Aku
Luhan. Kau?"
"Sehun."
***
Laki-laki
bernama Luhan itu berbaik hati menemani Sehun mengunjungi beberapa tempat yang
bagus untuk referensinya. Sebagai bonus, Luhan juga menceritakan mengenai
peristiwa singkat yang terjadi di tempat-tempat itu. Semuanya terjadi begitu
saja, seolah mereka adalah teman lama yang kembali
bertemu, yeah mereka terlihat akrab.
"Luhan
lihat kesini..."
Luhan
menoleh dan....
Klik
Satu
potret itu jadi. Luhan tercengang beberapa saat.
"Wow
wajahmu lucu sekali seperti ini." Kata Sehun.
Luhan
hanya tersenyum. Ia kembali melangkah, membiarkan Sehun berjalan di
belakangnya.
"Ayo
kita berfoto bersama."
Sehun
menarik lengan Luhan lalu merangkul pundak laki-laki itu. Mata keduanya fokus
pada lensa kamera. Luhan tersenyum.
Klik
***
"Yang
ku perlukan sudah lengkap. Terima kasih atas bantuannya Luhan."
"Kau
benar akan pergi?"
"um.
Kenapa? Kau takut merindukanku ya?"
"Cih!
Siapa kau memangnya?! Kenapa aku harus melakukannya??"
Sehun
terkekeh pelan. "Aku akan mengirim e-mail padamu, dan kau harus
membalasnya. Mengerti?" Ia mengacak-ngacak rambut Luhan dengan gemas.
Luhan mengangguk dan ia tak marah saat Sehun melakukannya.
"Kira-kira
kapan kau akan kembali ke Beijing, Sehun?” Tanya Luhan lirih.
Sehun
menghentikan pergerakannya. “Entahlah.”
***
'kau
sudah makan?'
'Ya. Kau?'
'Aku juga. Bagaimana di Beijing apakah panas?'
'Tidak terlalu. Di Seoul?'
'Disini hujan.'
'Ah~ Aku suka hujan.'
***
‘Happy
New Years, Sehun!’
‘Happy
New Years, Luhan!’
‘Ucapkan
permohonanmu tahun ini?’
Sehun
tak langsung mengetik balasannya. Ia sedikit berpikir.
‘aku
memiliki banyak permohonan untuk tahun ini, salah satunya—.’
Sehun
baru saja akan meng-click sent ketika, Chanyeol muncul di ruangannya
dengan tergesa-gesa.
“Maneger
ingin bertemu denganmu.”
Sehun
pun melesat pergi. Tanpa disadari, Luhan masih di depan komputernya dan
menunggu balasan Sehun datang.
Hingga
tengah malam, dan Luhan hampir terlelap tidur, pesan Sehun masih tak datang
padanya.
‘Sehun,
aku sudah merencanakan keberangkatanku ke Seoul tahun ini, bagaimana
menurutmu?’
***
Musim
semi datang. Hari itu cukup tenang dengan angin yang berhembus sepoi-sepoi.
Luhan duduk disana, di taman yang sebenarnya adalah tempat yang paling sering
ia kunjungi dalam hidupnya. Taman itu sepi, mengingat hari masih pagi. Beberapa
ingatan menghampiri pikirannya. Mengenai Sehun dan beberapa pesan terakhir yang
laki-laki itu kirimkan.
Dua
bulan lebih Luhan telah menunggu dan Sehun tak mengirimkan pesan apapun
padanya. Malam tahun baru itu mungkin adalah yang terakhir.
Sesuatu
yang menyesakkan menghantuinya. Sebuah kenyataan menghampirinya. Sehun
melupakan laki-laki bernama Luhan. Luhan tak suka kalimat itu. matanya ia
penjamkan rapat-rapat. Pergesekan kaki pada tanah di sekitarnya tak ia
pedulikan. Ini adalah tempat umum. Ada banyak orang yang keluar-masuk dari
sini.
“Luhan…”
Mata
Luhan terbuka dan ia tak menemukan apapun di hadapannya. Luhan berimajinasi
kembali.
“Kau
masuh suka ke tempat ini ternyata.”
Luhan
menoleh cepat ke belakang dan ia menemukan sosok yang paling ia harapkan
kedatangannya. Sehun.
Luhan
bangkit dengan cepat. Menatap tak percaya pada laki-laki yang kini berdiri
berhadapan dengannya.
“Se-sehun..?”
Laki-laki
itu tersenyum.
“Hai
Luhan. lama kita tak bertemu.”
Secepat
kilat, Luhan menerjang tubuh itu dan memeluknya hangat.
“Kemana
saja kau? Kenapa tidak memberi kabar padaku??”
Sehun
terkekeh dan ia membalas pelukan itu dengan erat.
“Maaf,
aku sangat sibuk jika di awal-awal tahun. Hei kau menangis?”
Sehun
merasakan tubuh yang ia peluk itu bergetar pelan. Luhan tak menjawab.
“Aku
merindukanmu, Sehun.”
“Aku
juga. Maaf.”
Jika
di umpamakan dengan bunga yang hampir layu, tiba-tiba saja bunga tersebut
kembali mekar. Indah sekali. Luhan pun seperti itu.
“Aku
membaca pesanmu yang terakhir. Dan hari ini aku datang untuk menjemput…”
***
Langit
telah berubah merah ketika mereka kembali dari beberapa tempat yang dulu mereka
kunjungi. Untuk pertama kalinya, Luhan mengajak Sehun ke rumahnya, mengenalkan
pada anggota keluarga dan Sehun pun bermalam di kamar Luhan.
Besok
mereka akan ke Seoul.
“Aku
senang sekali, Sehun! Aku sudah melihat beberapa tempat yang menyenangkan
tentang Korea melalui internet. Aku ingin ke pulai Jeju, naik menara Namsan dan
Oh! Lottle World juga!”
Sehun
tersenyum. “Tentu. Kita akan mengunjungi tempat itu satu persatu.”
“Terima
kasih Sehun.”
“Luhan?”
“um?”
“Aku
mencintaimu.”
“umm??”
Sehun
bangkit dari tempat duduknya. Menghadap Luhan dan memengang kedua pundak
laki-laki itu.
“Aku
mencintaimu Luhan. Maukah kau menjadi kekasihku?”
Yang
Luhan ingat ia tiba-tiba saja merasakan panas di sekitar tubuhnya ketika
sesuatu yang lembut mengenai bibirnya. menyapu bibirnya dengan lembut dan Luhan
lupa akan segalanya. Tidak ada beban yang ia rasakan. Tubuhnya terasa melayang
di udara.
Dan
ia membalas sentuhan Sehun.
“Aku
juga mencintaimu Sehun…”
***
Bandara
selalu menjadi tempat tersibuk di dunia. Di penuhi oleh orang-orang yang lalu
lalang dengan tujuan keberangkatan masing-masing.
Disana,
ditengah kerumunan orang-orang, Sehun mengenggam erat-erat jemari Luhan yang
berdiri di sampingnya. Mereka akan berangkat ke Seoul hari ini. Seperti yang
Sehun janjikan.
Di
dalam pesawat, beberapa menit sebelum mereka meninggalkan Beijing, Luhan merasa
sesuatu yang aneh pada dirinya. Ia menoleh pada Sehun, laki-laki tampan itu
menyergit padanya.
“Ada
apa?”
Luhan
menggeleng. “Entah. Perasaanku tidak enak.”
“Mungkin
kau hanya gugup saja.”
Gugup.
Ya.
Gugup.
Luhan
kembali menyandarkan punggungnya pada jok dan Sehun meraih jemarinya untuk
laki-laki itu genggam.
Peringatan
bahwa pesawat akan segera lepas landas terdengar. Pesawat mulai
mengudara.
“Sehun…
bagaimana mengucapkan aku mencintaimu dalam bahasa korea?” Luhan menatapnya.
“saranghamnida. Aku
mencintaimu dalam bahasa korea adalah saranghamnida.”
“saranghamnida…”
“….saranghamnida….”
Luhan
mengulang kalimat yang sama berkali-kali dan Sehun mengangguk. Membenarkan
ucapan kekasihnya.
“…saranghamnida….”
“saranghamnida… Sehun.”
Luhan
tersenyum menatap kekasihnya.
“nado
saranghae… Luhan.”
Luhan
kembali menyandarkan tubuhnya dan ia mulai terlelap.
DUAAARRRR
Suara
petir di luar terdengar nyaring dan Luhan tersentak dalam duduknya. Ia menoleh
pada Sehun dan laki-laki itupun sama terkejutnya. Jemari Sehun terasa semakin
erat. Perasaan tak mengenakan Luhan kembali memasuki pikirannya.
“Apa
itu Sehun?”
“Hanya
petir. Jangan khawatir.”
Sehun
membawa laki-laki itu untuk masuk dapat pelukannya.
Ia
melirik ke luar jendela pesawat yang gelap. Luhan mulai menutup matanya.
Sesaat
kemudian pintu pilot terbuka, seseorang keluar dari sana. berbicara pada
seorang pramugari lain.
Luhan
tak terlalu peduli, namun indera pendengarannya menangkap kata ‘tenangkan’ dan
‘terbakar’ dengan sayup-sayup.
Lalu
pramugrari tersebut berbalik menghadap para penumpang. Tubuh wanita itu sedikit
bergetar dan ia menarik nafasnya berat.
“Penumpang
yang terhormat, telah terjadi kebakaran pada sayap kiri pesawat. Mohon
tenangkan diri anda, sementara kami akan segera mencari tempat aman untuk
mendarat. Terima kasih.”
Luhan
tersentak dalam pelukan Sehun. Namun laki-laki tampan itu masih setia
memeluknya erat dan membisikkan beberapa kata.
“Tenanglah,
semuanya akan baik-baik saja..”
Tubuh
Luhan bergetar. Suara panik mulai terdengar dari penumpang yang lain.
Bersahut-sahutkan dan keadaan pesawat menjadi kacau setelah itu.
“Se-sehun…”
“Tenanglah
Luhan… semuanya—akan baik-baik saja.”
Luhan
tak berkata apapun lagi. Ia ikut menggeratkan pelukannya pada Sehun. Menutup
matanya kuat-kuat, beberapa kecupan pada puncak kepalanya membuat Luhan sedikit
tenang dan ia ingin tidur walau keadaan yang tidak memungkinkan.
Hujan
mengguyur dengan deras.
Api
pada sayap pesawat telah padam. Namun pesawat tak bisa lagi dalam keadaan
seimbang. Dan jika pesawat ini jatuh—
Luhan
semakin menggeratkan pelukannya pada Sehun dan ia mulai menangis tanpa suara.
“Sehun
aku takut…” lirihnya.
“Aku
bersamamu..”
Pramugari
itu kembali dan membawa berita terburuk yang pernah ada. Tentang kemungkinan 0%
pesawat akan jatuh dan semuanya di harapkan untuk bersiap-siap pada—
“Sehun—“
BRUKK
Pesawat
tiba-tiba miring kedepan. Ucapan Luhan terpotong dan keduanya terbentur bangku
penumpang di depannya. Sehun melepaskan pelukannya, ia membantu Luhan untuk
kembali duduk dengan benar dan menangkup pipi kekasihnya itu dengan sayang.
Luhan
tak dapat menyembunyikan air matanya yang kini telah meluncur dari pipinya dan
ia menggigit bibir bawahnya menahan tangis.
“Luhan…
jika ini adalah akhir—maka ini adalah akhir yang paling kuharapkan. Aku bertemu
dengan orang yang paling kucintai dan—“
Luhan
menggeleng cepat.
BRAKKK
Pesawat
miring ke kiri dan keduanya terbentur dengan keras pada badan pesawat.
“semuanya
memang singkat Luhan.. tapi percayalah aku sangat mencintaimu, jika ini adalah
akhir maka aku takkan pernah menyesalinya—“
“Sehun..”
“Kau
mencintaiku?”
“Aku
sangat mencintaimu, Sehun!”
“Aku
juga sangat mencintaimu…”
Sehun
memberikan sebuah ciuman dan air mata bergelinding di sisi mereka. Luhan
menggerakkan bibirnya dan ia memeluk Sehun semakin erat.
Goncangan
pesawat semakin hebat terasa, terbentur dengan sisi pesawat dengan keras. Sakit
sekali. Lalu semuanya terasa mengabur dan menghilang perlahan.
“aku
memiliki banyak permohonan untuk tahun ini, salah satunya aku ingin bertemu
denganmu, melakukan apapun denganmu…
Karena
aku…
…mencintaimu….
***
FIN