- Back to Home »
- EXO , FanFiction , HunHan , osh , xlh »
- [FF] Behave Aggressive // HunHan
Posted by : Oh Sehun
Saturday, April 26
*****
Luhan adalah manusia ter-agresive di dunia. Apa jadinya jika
Luhan merupakan..
*****
Sebagai Teman
Sehun
selalu tak merasa sendiri karena Luhan selalu ada untuknya. Mendengarkan keluh
kesahnya dan Luhan berusaha menjadi teman terbaik yang Sehun miliki. Dan Luhan
akan pergi kemanapun Sehun melangkah.
Kelas
fisika hari itu tetap saja membosankan, di tambah dengan cuaca terik di luar.
Uhh semua orang tentu lebih memilih bersantai-santai sambil menikmati jus jeruk
yang super segar. Sehun pun sama. Ia menguap beberapa kali namun masih saja
mencatat materi di buku tulisnya. Bahu kirinya terasa berat sebelah. Ada Luhan
disana yang tertidur di atas pundaknya. Tempat duduk Luhan memang sedikit
tersembunyi di antara teman-teman yang lain.
"Hei bangun Luhan." Sehun berbisik sambil menaik-turunkan bahu kirinya.
Luhan melengguh pelan namun kembali tidur. Sehun menaik-turunkan kembali bahunya.
"Bahuku terasa pegal. Kepalamu berat sekali, huh?" Ujar Sehun masih berbisik.
Luhan tak merespon. Kini ia mendekap lengan Sehun dengan erat dan membuat laki-laki tampan itu semakin sulit bergerak.
Sehun berdecak pelan. Ia meletakkan pelpunnya di atas meja, dan melepaskan cengkraman Luhan disana. Luhan masih menutup mata namun cengkramannya semakin kuat saja, memaksa Sehun menambah kekuatan lebih.
Laki-laki manis itu mencondongkan tubuhnya semakin dekat pada Sehun dan tubuh itu semakin terdorong ke samping.
Pergulatan
kecil itu pun terjadi. Dimana Sehun mencoba menarik paksa lengan kirinya
dibantu tangan kanan dan Luhan tetap keukeuh mempertahankan lengan itu dalam
dekapannya. Sambil terus mencondongkan tubuhnya pada Sehun.
Kau
tau, itu sungguh sangat-sangat menjengkelkan..
Suara
pergesekan kaki kursi pada lantai membuat suasana gaduh seketika. Beberapa
orang siswa yang tadi tertidur pun ikut terbangun hingga...
BRUAKK
"Akh~!"
Suara
yang lebih keras terdengar memenuhi ruangan. Sehun mengaduh tertahan yang di
timpa Luhan di atasnya. Kepalanya ikut terbentur sudut meja sebelum mencium
lantai kelas. Lalu di ikuti Luhan yang mendarat di atas badannya.
Oh!
Itu benar-benar sakit.
Kelas
menjadi sepi beberapa detik lalu diikuti suara tawaan membahana. Wajah Sehun
memerah menahan malu. Luhan pun sama, ia membenamkan wajahnya dekat-dekat pada
dada Sehun.
Guru
Kang membenarkan letak kacamatanya sebelum menghampiri keduanya yang berbaring
di lantai dengan posisi yang aneh.
"Jadi kira-kira hukuman apa yang pantas ku berikan pada kalian berdua?"
Sehun
menahan nafas. Ia sudah tau kalau akan berakhir seperti ini dan Ia cukup mental
sebenarnya.
***
"Sehun
maaf--"
"tak
apa.." Sehun menjawab cepat.
"apa
punggungmu sakit?"
"tidak."
Luhan
terdiam dan menunduk. Sungguh ia tak menyangka jika Sehun akan terjungkal ke
belakang. Ia hanya bosan dan hanya ingin sedikit menjadi hiburan. Dengan
menganggu Sehun?
Dasar! Mereka tengah berada di dalam kolam berenang yang hanya memiliki air sampai betis. Menjalani hukuman membersihkan kolam berenang--yang demi apapun ini terlalu besar untuk ukuran kolam berenang pada umumnya--. Sehun bertanya-tanya kapan kolam ini terakhir di bersihkan?
Ada
banyak lendir tak berwarna di dinding dan juga di dasarnya. Sedikit salah
mengambil langkah maka mereka akan kembali mencium lantai.
"maaf
Sehun. Tidak akan ku ulangi lagi." Kata Luhan lirih. Sehun tak menjawab.
Ia menggosok dinding-dinding kolam dan mengacuhkan Luhan yang berdiri di
sampingnya.
"Sehun..-"
"aku
baik-baik saja. Jadi bisakah kau berhenti mengoceh?"
Sehun bersuara datar. Namun Luhan tau jika Sehun tak marah padanya, mungkin kesal Ya. Luhan tersenyum lebar.
Ia
mendekati Sehun dan melingkarkan kedua lengannya pada pinggang laki-laki itu. Menghentikan
pergerakannya secara tiba-tiba. Punggungnya terasa nyaman bersandar pada dada
Luhan yang memuluk ia dari belakang.
"Ku traktir bubble tea ya?" kata Luhan di telinganya.
Sehun tersenyum tanpa Luhan ketahui.
"Ok."
*****
Sebagai Tetangga
Sebuah
truk berukuran sedang berhenti tepat di samping rumah Sehun. Ia tengah
memperbaiki mesin motornya di halaman depan. Dan seorang laki-laki turun dari
pintu di samping kemudi.
Laki-laki
itu tampak memberikan arahan mana barang yang harus mereka bawa masuk ke dalam
rumah di depannya, beserta cara bagaimana cara mengangkat barang tersebut.
Dan
Sehun tau jika rumah kosong di samping rumahnya kini telah ada yang menempati.
Sehun mempunyai tetangga baru ternyata.
Lalu
Sehun kembali bergelut pada mesin motornya ketika sebuah suara menyapa dengan
lembut.
"Hello."
Juga ramah. Sehun mengangkat kepalanya kembali. Menemukan sosok laki-laki yang
memberikan arahan tadi berdiri di depannya kini.
Sebuah senyuman laki-laki itu layangkan padanya.
Sehun
bangkit.
"Sepertinya kita adalah tetangga. Aku Luhan. Salam kenal." Laki-laki bernama Luhan itu mengulurkan tangannya ingin berjabat.
Sehun
mengangkat tangannya yang penuh oli dan Luhan paham. Maka ia turunkan kembali.
"Aku Sehun."
"semoga
kita dapat berteman dengan baik." kata Luhan lagi.
Sehun
mengangguk. "tentu."
Setelah
itu Luhan berbalik menuju rumahnya kembali.
***
Langit
telah berubah gelap.
Sehun berniat untuk ke supermarket untuk membeli beberapa keperluannya sekalian ia akan makan malam di luar.
Pintu rumahnya di ketuk dari luar dan Sehun bergegas membukakan pintu. Luhan berdiri di depan pintu dengan senyum manis.
"Hai Sehun." Luhan menyapanya.
"Luhan? Ada apa?" tanya Sehun, sedikit bingung karena Luhan yang menjadi tamunya.
"apa kau akan pergi?"
"seperti itulah."
"benarkah? Padahal aku ingin mengundangmu makan malam, aku memasak banyak makanan."
Sehun pikir itu bagus. Hei, bukankah Sehun memang ingin makam malam?
"hitung-hitung
sebagai formalitas kita sebagai tetangga."
"Baiklah."
Sehun mengunci pintu rumahnya sebelum ikut langkah Luhan menuju rumah laki-laki manis itu.
Keadaan
rumah Luhan memang sedikit berantakan dengan banyaknya kardus yang bertebaran
di setiap sudut ruangan. Bagaimanapun Luhan baru menempati rumah ini tadi
siang. Wajar jika masih banyak barang yang belum tertata.
"maaf
sedikit berantakan." Ujar Luhan. Ia menuju menuju sebuah meja yang Wow ada
banyak sekali makanan disini.
Ada nasi gulung di atas piring yang besar, daging kepiting yang dengan campuran saus hitam yang tampak lezat, beberapa makanan yang tertata rapi dan Oh! ada kimchi juga.
Sehun semakin merasa lapar saja.
Luhan
mempersilahkan ia untuk duduk dan mereka menikmati makan malam itu dengan
posisi saling berhadapan.
"masakanmu
rasanya enak." puji Sehun sungguh-sungguh.
"benarkah? Terima kasih Sehun. Aku akan sering-sering mengundangmu untuk mencicipi masakanku kalau begitu."
"Eh? Bukan seperti ini. aku—"
"Apakah sausnya terasa pas?"
Sehun hanya mampu mengangguk.
Selama
makan malam itu berlangsung, mereka saling bertukar cerita--sebenarnya Luhan
yang berbicara terlalu banyak-- saling bertanya dan mereka terlihat tak lagi
canggung seperti di awal-awal.
Dari cerita itu Sehun tau jika Luhan sebenarnya berdarah chinese yang telah lama menetap di Seoul. Wajar jika bahasa koreanya bagus.
"Jadi
kau mahasiswa teknik mesin?"
Sehun mengangguk. "begitulah."
"pantas tadi kulihat kau memperbaiki mesim motor mu."
"bagaimana denganmu?"
"aku mahasiswa kedokteran. kau tau bukan betapa menyebalkannya nama dan jenis setiap sel ini itu. belum lagi beberapa istilah yang ah~ aku tak suka membahasnya."
Sehun
terkikik pelan.
"kau lucu sekali?"
Luhan menggembungkan pipinya dan Sehun mengatakan itu sangatlah imut.
"jangan katakan. Aku sudah bosan mendengarnya."
Sehun hanya tertawa. Lagipula Luhan memang sangat imut dan— apa yang baru saja ku pikirkan??
"kau
bilang kau akan tadi pergi, bukan begitu?"
"ah~ Ya. aku harus membeli beberapa keperluanku."
"kau ingin ku temani?"
"Eh?"
"tak apa. sebentar aku akan berganti baju dulu." Luhan melesat cepat masuk kamarnya tak membiarkan Sehun mengeluarkan suaranya terlebih dahulu.
***
Sebenarnya
ini terlihat seperti Luhan-lah yang berbelanja sedangkan Sehun hanya
menemaninya saja.
Luhan
mengambil alih troli Sehun dan mendorongnya. Ia juga mengambil kertas yang
berisi list yang harus di beli oleh Sehun.
Sehun
merasa tak nyaman awalnya. Luhan bersikap seolah mereka telah lama akrab dan yeah semua
terlihat aneh saja. Namun, entah mengapa Sehun suka hal itu. Ia membiarkan
Luhan yang mengambil alih pekerjaannya.
“terima
kasih Luhan.” Ucap Sehun sungguh-sungguh.
***
Berawal
ketika pagi menjelang, Sehun telah mendapati Luhan di depan pinru rumahnya
sendiri. Laki-laki manis itu kembali menghampirinya danyeah sedikit modus,
Luhan akhirnya berangkat ke kampus hari itu bersama dengan Sehun dengan motor
milik Sehun sendiri.
Ia
memeluk pinggang Sehun erat-erat sepanjang perjalanan mereka ke kampus.
Sehun berbaik hati mengantar Luhan sampai ke kampusnya walaupun jaraknya yang
lumayan jauh sebenarnya.
Dan
Sehun harus terbiasa ketika setiap paginya selalu mendapati Luhan yang duduk di
jok belakang motornya dan dua lengannya yang melingkar pada pinggangnya. Sehun
tidak tau mengapa, namun ini terasa menyenangkan.
“terima
kasih, Sehun.”
Itu
adalah ucapan terima kasih yang entah ke berapa kalinya, ketika Sehun telah
menghentikan motornya di depan gerbang kampus Luhan. ia hanya akan tersenyum
dan menjawab,
“Bukan
masalah.”
Luhan
telah melanjutkan langkah masuk ke dalam lingkungan kampusnya, ketika ia
tiba-tiba berbalik dan mengecup pipi Sehun dengan cepat. Lalu tanpa mengatakan
apapun ia langsung berlari menjauh dari sana dengan pipi yang telah merona.
Meski
terkejut dan butuh beberapa menit untuk menyadari apa yang baru saja terjadi,
Sehun hanya mampu tersenyum. Matanya masih fokus menatap sosok Luhan yang
semakin mengecil dari pandangannya.
*****
Sebagai Kekasih
Angin
sore berhembus pelan di sekitar Luhan. suasananya nyaman sekali. Di salah satu
ayunan itu terlihat Luhan meniup poninya berkali-kali dengan bosan. Sudah lebih
dari setengah jam ia menunggu Sehun di Jam Besar ini, namun Sehun belum saja
datang menemuinya. Ok itu bukan salah Sehun. Tapi Luhan. ia berangkat satu jam
lebih awal karena tak ingin Sehun menunggunya. Tapi kini malah berbanding
terbalik.
Ia
mendorong tubuhnya di atas ayunan itu.
Hingga
akhirnya sebuah tangan menghentikan pergerakan ayunan itu. Luhan menoleh cepat
dan mendapati sosok Sehun disana. Senyumnya merekah.
“Sehunie!”
Ia bangkit dengan cepat dan memeluk kekasihnya dengan hangat.
“Kau
menunggu lama, ya?” Tanya Sehun. Tangannya bergerak membelai punggung Luhan
dengan sayang. Luhan mengangguk dalam pelukan itu.
“Tidak
apa-apa. Karena Sehunie sudah datang.”
Mereka
melepaskan pelukan itu.
“Kau
ini bebal sekali, sudah berapa kali kukatakan jangan datang lebih cepat dari
jadwal yang telah di buat.” Ia menarik ujung hidung Luhan pelan.
Laki-laki
manis itu mengaduh sambil memengang hidungnya.
“Aku
takut terlambat dan Sehunie akan menungguku.”
Sehun
tersenyum dan mengacak-ngacak rambut Luhan dan laki-laki itu kembali merengut.
“Aigo~ kenapa
aku bisa memiliki kekasih berhati malaikat sepertimu, hm?”
Rona
merah muncul di pipi dan Luhan menunduk karena malu.
“ah~
kau membuat aku malu, Sehunie.”
Sehun
kembali mendudukkan Luhan di atas ayunan itu sedang ia berdiri di belakang.
Mulai mengayunkan Luhan disana.
“Lalu
sekarang apa yang harus kita lakukan?” Tanya Sehun dari belakangnya.
“Ngg…”
Luhan bergumam. “Entahlah. Sebenarnya aku ingin melakukakn banyak hal, saking
banyaknya aku bingung harus memulai dari mana.”
“Baiklah.
Karena kau punya banyak, aku hanya akan memberikan kesempatan untuk mengatakan
tiga hal yang ingin kau lakukan.”
“Untuk
yang pertama…. Aku ingin selalu bersama Sehunie…” Ucapnya polos.
Pergerakan
Sehun sedikit melambat. Sehun tau jika ia takkan berhenti tersenyum malam ini.
“Kedua…
eum.. aku ingin Sehunie tetap mencintaiku—“
“dan…
yang terakhir.. haruskah aku mengatakannya sekarang?”
Sehun
mengangguk. “Tentu.”
“Karena
yang terakhir selalu special, jadi akan ku katakan nanti.”
Luhan
menghentikan ayunan itu dan kembali berdiri.
“Aku
ingin makan ddobokki.”
“Apa
ini termasuk dalam hitungan?”
“tentu
saja tidak.”
***
Luhan
memasukkan potogan ddobokki terakhir ke dalam mulutnya yang penuh.
Perutnya terasa kembung dan panas. Sehun menatap Luhan dengan kasian. Ia tak
dapat mencegah ketika Luhan terus saja memesan ddobokki setiap kali
telah menghabiskan porsi yang awal. Luhan memiliki selera makan yang tinggi,
Sehun tau itu.
Sehun
menyorkan segelas air putih padanya dan Luhan menenguknya cepat-cepat.
“Kenyang
sekali Sehun.”
“Kau
ingin lagi?” Sehun sedikit menggoda.
“Sebenarnya
Ya. Tapi perutku serasa akan meledak saja.”
“Baiklah.
Kalau begitu saatnya pulang, sayang.”
Luhan
mengangguk. Ia menunggu Sehun yang membayar semua
tagihan ddobokki yang habiskan lalu bangkit. Perutnya serasa turun dan
Luhan berjalan sedikit membungkuk. Ia bahkan berjalan terlalu lamban.
Sehun
menghentikan langkah dan berjongkok di depan Luhan membuat laki-laki manis itu
menyergit bingung. Ia tak mengatakan apa-apa dan naik ke punggung laki-laki itu
dan Sehun kembali melanjutkan langkahnya.
“Jangan
makan terlalu banyak, Ok?”
“Ok.”
Sahut Luhan di belakangnya.
“Sehunie…”
“Ya?”
“aku..
akan mengatakan hal terakhir yang ingin kulakukan.”
“Ok.
Apa itu?”
Luhan
tak langsung menjawab. Desahan nafas Luhan di hembuskan menggelitik daun
telinga belakang Sehun.
“Aku
ingin… Sehunie menikah denganku.”
Dan
dunia terasa berhenti saat itu juga.
***
Sehun
telah sampai di depan rumah Luhan dan laki-laki itu turun dari gendongannya.
Kembali berpijak di tanah.
“Hati-hati
di jalan Sehunie… setelah sampai di rumah, langsung beristirahat. Punggungmu
pasti sakit.”
Sehun
mengangguk. “Baiklah.”
Beberapa
detik terdiam dan Sehun kembali membuka suaranya.
“Luhan.”
“Ya?”
“Aku
akan menjawab semua permintaanmu.”
“Ng?”
“Oh
Sehun akan selalu mencintai Xi Luhan dan Xi Luhan pun harus melakukan itu juga.
Oh Sehun akan selalu berada di samping Xi Luhan apapun yang terjadi—“
“—apakah
aku terdengar berlebihan?”
Luhan
menggeleng. Entah karena dingin atau karena hal yang lain yang pasti Luhan
tengah merasa hangat di pipinya yang memerah. Jantungnya yang berdetak kencang
dan Luhan merasa dunianya hampa, yang ia dengar hanyalah suara Sehun. Yang ia
lihat adalah sosok Sehun yang berdiri di sampingnya kini.
“Aku
tidak pandai merangkai kata-kata tapi—aku benar-benar mencintaimu. Sangat.
Bahkan ku pikir duniaku hanya bepusat padamu—“
“Sehunie…”
Luhan memeluknya dengan cepat dan erat.
“kau
bisa membuatku mati tersipu.. jangan katakan apapun lagi. Aku juga sangat
mencintaimu—“
Sehun
melepas pelukannya. Menatap Luhan dengan dalam. Jemarinya mengusap kedua pipi
Luhan dan membawa bibir itu bertemu dengan bibirnya.
Menekan
dengan lembut penuh perasaan. Dan Luhan merasa tak lagi berpijak di tanah.
Tubuhnya seolah melayang hingga langit ke tujuh. Sapuan bibir Sehun pada
bibirnya memang yang terbaik.
Sehun
menarik wajahnya dan melepas bibir itu. mengecup kelopak mata Luhan yang
tertutup lantas mata indah itu pun terbuka.
“Menikah
lah denganku Xi Luhan.”
Satu
anggukan Luhan berikan.
“Tentu.
Aku hanya akan menikah denganmu Oh Sehun.”
*****
FIN