Popular Post

Posted by : Oh Sehun Thursday, June 12


Author    : violetkecil
Genre     : Fluff, Bromance, University!AU
Rated     : General
Length    : Drabble
Cast      : Luhan, Kai
Pairing   : Kailu
Idea      : _Clumsyangel_ on Spring Love Project




NO silent reader and Plagiarize please. DO NOT take ideas/plagiarize, dialogues and others from my story. Comments are very welcome.
Jongin pertama kali melihat Luhan saat pertandingan persahabatan antara tim sepakbola Yonsei dan Kyung Hee. Ia hari itu tidak bisa mengalihkan mata dari sosok dengan rambut berwarna pink keunguan yang sedang menggiring bola. Ia bahkan berteriak penuh semangat ketika sosok itu menendang bola ke gawang tim universitasnya. Dan hal itu sukses membuat ia mendapatkan jitakan keras dari Sehun.
Traitor,” desis Sehun padanya. Jongin hanya memasang cengiran.

Sejak hari itu Jongin mencari cara untuk bisa mengenal Luhan. Beruntung ia mengenal Minseok yang ternyata teman dekat Luhan. Dan jadilah sore itu ia duduk dengan tidak tenang di salah satu kafe. Dua tangan di atas lutut dan sesekali ia menggigit bibir bawah atau membasahinya. Gugup. Jongin merasa seperti remaja berumur tujuh belas tahun yang gugup saat kencan pertama.
 Demi Chelsea, batin Jongin. Ini bahkan tidak bisa dikatakan kencan.
“Kim Jongin. Dua puluh tahun. Kyung Hee University. Major in Music. Minor in Modern Dance. Right?”
Jongin menoleh ke arah sumber suara. Jantungnya melompat keluar. Luhan berdiri di depannya dengan varsity kebanggaan tim sepakbola Yonsei. Ia masih belum bisa mengeluarkan suara dan hanya mengangguk. Luhan menarik kursi dan duduk di seberang dancer itu.
“Kau ingin bicara denganku? Ada keperluan apa?” tanya Luhan dengan nada sedikit dingin.
Jongin melengos dalam hati. Jika Minseok tidak memperingatkannya tentang sikap dingin Luhan, mungkin ia akan menganggap Luhan bratty-kid. Tapi demi Chelsea, lagi-lagi batinnya. Ia tidak peduli seperti apa sikap Luhan padanya. Ia hanya ingin mengenal Luhan.
“Jadi?” tanya Luhan sambil menopang wajah di kedua telapak tangan. Tepat sepuluh sentimeter dari wajah Jongin.
“Ak-aku—“
“Manchester United atau Chelsea?” tanya Luhan tiba-tiba. Tangan terlipat di depan dada sambil bersandar di kursi. Menatap Jongin penuh intimidasi.
Jongin membulatkan mata. Jika bukan Luhan yang bertanya, ia akan menjawab ‘Chelsea’ tanpa harus berpikir. Tapi ini Luhan, anak kesayangan tim sepakbola Yonsei, mahasiswa tranfer dari Cina, empat tahun lebih tua darinya tapi justru terlihat lebih muda. Dan ini Luhan, yang kata Minseok, ‘mengalir darahThe Red Devils Manchester United dalam tubuh’-nya.
“Aku tidak punya waktu seharian untuk menunggu jawabanmu,” ucap Luhan sinis.
“Manch—“
Liar,” desis Luhan dan kemudian berdiri dari depan Jongin begitu saja.
Jongin membenturkan dahi ke meja. Ia lupa. Ia menggunakan T-Shirt berwarna biru yang merupakan hadiah dari Sehun. ‘Chelsea in my heart’ tercetak dan terbaca jelas.
Jongin merengek pada Minseok untuk bisa mempertemukannya dengan Luhan lagi. Dan jadilah sore itu mereka bertemu di kafe dekat Hongik University. Bertiga dengan Minseok, yang kemudian dengan sengaja meninggalkan Jongin hanya dengan Luhan.
“Kau suka bubble tea?” tanya Luhan tiba-tiba.
Jongin mengalihkan pandangan dari segerombolan gadis remaja ke wajah Luhan yang sedang menunggu jawaban. “Ne?”
“Kau suka bubble tea?” ulang Luhan.
Jongin lagi-lagi terjebak dalam pertanyaan yang sulit di jawab. Ia tidak suka bubble teadan dibayar pun ia tidak mau meminum itu. Tapi, lagi-lagi ini seorang Luhan yang bertanya.
Ne,” sahutnya ragu.
Liar,” ucap Luhan dingin.
Ne???” Jongin tanpa sadar menaikkan nada suaranya. Wajahnya memerah.
“Kau tercium seperti aroma kopi,” sahut Luhan dan kemudian pergi dari hadapan Jongin.Lagi.
Kesempatan ketiga biasanya akan berakhir manis. Itu yang ia katakan ketika merengek pada Minseok agar ia bisa bertemu Luhan. Minseok hanya menepuk dahi pelan.
Hyung, please…” rengek Jongin sambil mengguncang-guncang bahu Minseok.
Fine, sekali ini saja. Oke?”
Jongin mengangguk riang. Dan jadilah sore ini ia duduk di kursi di pinggiran lapangan bola. Melihat Luhan sedang latihan. Ia melambaikan tangan ketika Luhan melihat ke arahnya. Sedikit membuat Luhan kesal.
“Ada apa?” tanya Luhan ketika ia setelah latihan. Ia duduk di samping Jongin sambil mengeringkan rambut dengan handuk. Di mata Jongin Luhan terlihat sangat cute dansexy dalam waktu bersamaan. Radar ‘senpai please notice me’ terus berdering di pikiran Jongin.
“Ak-ak—“
“Kim Jongin,” ucap Luhan sambil menoleh—menatap Jongin. “Aku tidak memiliki banyak waktu—“
I like you,” ucap Jongin cepat.
Satu sudut bibir Luhan tertarik. Ada kilatan jahil di mata pria itu. “I knew.”
Ne?”
Gomawo,” ucap Luhan sambil mendekatkan bibir ke telinga Jongin. “I like you too.”
“Eh?” Jongin bengong. Ia masih tidak yakin dengan yang ia dengar.
“Kau tidak menyebutku ‘liar’?”
Luhan mengulum senyuman dan menggeleng. Ia merentangkan tangan. “Huaaah, aku lapar. Kau harus mentraktirku. Aku ingin makan masakan Cina. Ada restoran yang sangat enak di dekat kampus. Setelah itu kita mungkin bisa singgah ke Noraebang dan…”
Jongin tidak mampu menangkap satu pun yang diucapkan Luhan dengan cepat. Ia terlalu fokus menenangkan detak jantung.
Yah!!! Kkamjong!!!” teriak Luhan. Jongin buru-buru lari menyusul Luhan yang sudah berjalan lima meter di depannya.
So, we are…?” tanya Jongin ragu sambil mensejajarkan langkah dengan Luhan.
We are?” tanya Luhan  dengan senyum jahil.
Jongin hanya menggelengkan kepala. Ia takut mengucapkan kata itu. Luhan tertawa pelan. Mencium pipi Jongin cepat dan kemudian berlari. Jongin memegang pipinya dan menatap punggung Luhan.
“Jongin-ah, jika Manchester United dan Chelsea bertanding, kau pilih apa?” teriak Luhan. Lengan di pinggang dan dengan tidak sabar menunggu Jongin.
No, no, no, not again, batin Jongin sambil menggelengkan kepala pelan.
“Aku pilih kamu,” ucapnya kemudian sambil meletakkan lengan di bahu Luhan. Luhan memasang senyuman dan ingin rasanya ia mengecup bibir yang tersenyum itu. Tapi…
“ManU atau Chelsea?” tanya Luhan lagi.
Damn it, umpat Jongin dalam hati.
“Ayolah, Jongin-ah,” rengek Luhan dengan aegyo. Jongin bingung kemana perginya sikap dingin Luhan. Mungkin seperti yang dikatakan Minseok, Luhan hanya bersikap dingin pada orang yang baru pertama kali ia kenal.
“Jongin-ah… ManU atau Chelsea?”
“Jongin-ah…”
“Jongin-ah…”
Jongin menggelengkan kepala pelan. Hanya ada satu cara untuk menghentikan rengekan Luhan. Mengunci bibirnya.
violetkecil’s note: Ige mwoya???? Maunya bikin dominan Luhan, tapi jadinya malah seperti ini. Hahahaha *kabur bareng Luhan* huaaah I don’t know why but I can’t resist Kailu~ Sehun-ah, noona mianhae *pouts* Hunhan still in my blood *pinky promise*

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © EXO AREA -