Popular Post

Posted by : Oh Sehun Thursday, June 12

Not Like The Movie // Brida // HunHan // Fluff, sad


New York selalu cantik kapan saja. Malam pun. Ketika keadaan kota berubah gelap, maka lampu-lampu mengantikan matahari untuk bersinar.

Sketsa itu masih belum terselesaikan. Tersampir begitu saja pada kanvas. Desiran angin dari jendela meniupnya perlahan. Melambai jatuh dan hilang di balik meja.

Sebuah e-mail baru masuk. Menyadarkan sang pengguna jika ada sebuah pesan untuk ia baca. Ia melangkah menjauh dari sana. Meninggalkan ponselnya tergeletak tak berdaya di antara tumpukan kertas yang menggunung. Mengabaikannya.

“Jika dari awal aku tau ini yang terjadi, maka akupun tak akan melangkah mundur. Aku akan tetap mencintaimu. Aku akan tetap bersamamu. Maka janganlah menangis lagi. Aku mencintaimu…”

Laki-laki itu mengangguk dengan bergetar. Ia menggigit bibir bawahnya kuat menahan isakan yang keluar. Jemari-jemari hangat itu mengusap wajahnya dengan sayang lalu membawa tubuh itu dalam rengkuhannya.

“Semuanya telah berubah Baek. Kini Sehun menatapku dengan berbeda.”

“Sehun mencintaimu.”

“Tidak. Sehun telah berhenti mencintaiku.”

“Kau bilang kau mencintainya! Kau bilang kau tak akan bisa hidup tanpa kehadirannya. Apa dia terlihat begitu mudah bagimu?!”

“Aku tak pernah memohon dalam hidupku. Tapi sekarang aku melakukannya—“

"Jika Luhan adalah bunga bagimu, dan bunga yang selama ini kau sayangi telah layu. Maka sudah saatnya kau mencari bunga yang baru."

Luhan bilang musim gugur di Ottawa adalah yang terbaik. Kala itu Sehun hanya mengangguk dengan sebuah senyum kecil di bibirnya, mengiyakan apa yang Luhan katakan. Ini memang bukan pertama kalinya ia berada di Ottawa, sudah beberapa kali dan hari ini ia berada disini.

Menatap sebuah rumah bercat putih dan masih terlihat sama seperti beberapa tahun yang lalu. Ia mengambil langkah untuk masuk ke dalam perkarangan rumah. Seseorang berada di sana. seseorang yang sangat ia kenal. Memakai baju piyama yang terlihat kebesaran pada tubuhnya yang kecil, laki-laki itu duduk berjongkok memperhatikan sesuatu.

“Luhan.” ia memanggil pelan nama laki-laki itu. kepala itu menoleh, memperhatikan objek yang berdiri tepat di belakangnya. Ia menarik sebuah senyum dan bangkit.

Berjalan lamban seperti hari terakhir yang ia lihat. Ia membuka kedua lengannya. Menunggu tubuh yang menghampirinya untuk masuk dalam pelukan yang laki-laki itu rindukan.

“Aku merindukanmu Sehun…”

Ada sebuah rasa sesak pada dadanya. Mengahantam persendiannya, menuju otak lalu menembus dalam hatinya.

“Ibu bilang hidup itu seperti sketsa yang aku buat setiap hari. Memang samar tapi di dalamnya nyata. Ibu bilang hidup itu bukan seperti film yang aku tonton yang akan selalu berakhir indah di ending-nya. Maka dari itu tak ada yang harus disesali…”

“Ibu menyarankan untuk menulis apapun yang aku ingat. Kau ingin membacanya?”

Tulisan itu masih sama seperti yang biasa ia lihat. Sangat rapi. Setiap kaliamat yang teruntai merupakan dirinya.

“Aku tak ingin melupakan apapun tentangmu Sehun.”

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © EXO AREA -